Gadis Yang Dituduh Membunuh Ibunya Treatment Hipnoterapi

“Saya dendam!” demikian perkataan yang terlontar saat melukiskan perasaannya dituduh membunuh ibunya. Dalam keadaan terhipnotis, ia ingat kejadian tersebut terjadi saat usianya masih 7 tahun. Saya terhenyak sesaat. Ruang praktek Hipnoterapi saya terasa semakin dingin. Hanya suara fan AC menderu lamat.

Memang situasinya cukup rumit untuk Hestia (bukan nama sebenarnya) gadis yang sekarang berusia 17 tahun.  Jadi jauh sebelum lahir, Ibunya divonis lemah jantung dan tidak boleh memiliki anak lagi, karena jika hamil lagi bisa membahayakan jiwanya.

Tetapi ternyata ia hamil juga dan naluri keibuannya membuat ia bertekad untuk mempertahankan bayi yang dikandungnya. Hari demi hari ia menyembunyikan kehamilannya dan saat keluarga tahu, usia kandungannya sudah terlalu besar.

Ternyata benar saja, saat dalam proses melahirkan akhirnya Ibu tersebut meninggal dunia. Karena suaminya masih shock, maka bayi tersebut dititipkan serta diasuh oleh kakek-neneknya.

Kakeknya ini notabene adalah Ayah dari Ibunya Hestia yang meninggal. Jadi sudah bisa diprediksi emosi campur aduk membesarkan bayi dari putrinya yang akhirnya meninggal saat melahirkan cucunya (Hestia).

Saat diceritakan permasalahannya. Saya tahu untuk mereframe pola pikirnya, harus dilakukan Time Line Therapy atau Rewind Therapy. Walau sekarang ia sudah berusia 17 tahun, luka batin itu masih terlihat jelas menganga.

Pendiam, low self esteem, memendam perasaan yang siap meledak atau mendadak tertawa terbahak-bahak jika mendengar guyonan yang sebenarnya tidak terlalu lucu. Kondisi psikologis yang sangat penuh luka, penuh kebingungan sehingga tidak balance.

Saat bercerita, katanya sering tersendat dan terbata-bata terutama saat menceritakan kejadian traumatis.

“Saya juga dendam pada Bapak saya, karena diam saja saat saya dibegitukan.” tambahnya dengan suara sedih.

Dan akhirnya bisa diduga perkataan yang terlontar,”Apa saya nggak usah ada aja?” tanya Hestia dengan suara lirih dan putus asa. Air matanya menitik perlahan.

Saat dalam kondisi hypnosis saya reframe dan rewrite history-nya, lalu kembali kesaat sebelum spesifik event terjadi dan anchoring dengan memori Bahagia yang paling kuat. Dalam hal ini kenangan saat Hestia ulang tahun dan kakak lelakinya pulang dari rantau memberi kejutan hadiah boneka dan kue. Dan diikuti ngobrol dengan kakaknya tersebut.

Saya juga berikan post hypnotic suggestion beberapa afirmasi positif.

Saya sebagai fasilitator yang membantu healing Hestia, hanya ingin mengangkat kisah ini sebagai pelajaran untuk kita semua. Agar hati-hati melontarkan kata-kata kepada anak-anak.

Mungkin itu sebuah fakta, tetapi namanya anak tentu belum memiliki kedewasaan untuk mengatasi ‘tuduhan’ yang dilontarkan. Dan akhirnya menjadi childhood trauma yang membekas dalam.

Banyak anak yang tertolak atau tidak diinginkan orangtuanya, kedepan nasibnya kurang beruntung. Saya menyaksikan sendiri beberapa kasus yang mirip, biasanya dalam perjalanan menjadi berantakan kehidupannya.

Hidup dalam kebingungan, memikul guilty feeling yang sangat berat karena dilabeli sebagai anak penyebab ibunya meninggal. Merasa hidupnya tidak berharga. Bagaimana menurut anda ?

Penulis: Coach Dirga SE, S.Sos, CH, CHt, igNLP

Photo by Vladimir Tsokalo on Unsplash

Jika Anda atau anggota keluarga Anda ada yang mengalami Childhood Trauma, mengalami perasaan sedih berkepanjangan, guilty feeling, emptiness,  bahkan niat self harm segera booking:

Pesan sesi Hipnoterapi  Anda sekarang

WA : 0838 9238 6000

WA : O815 8548 7000

Butuh bantuan?